Mahalnya harga minyak menyebabkan orang mulai menengok ke sumber energi alternatif. Tidak mengherankan jika saat ini pada tingkat global terjadi investasi besar-besaran pada sektor energi alternatif dan inovasi teknologi energi. Pengembangan kebanyakan diarahkan ke sumber energi bersih dan dapat diperbaharui (renewable energy). Hal ini dilakukan mengingat bahan bakar fosil berupa minyak bumi bersama gas dan batu bara telah diketahui menghasilkan buangan gas karbondioksida (CO2) , salah satu gas rumah kaca yang ”menghancurkan” atmosfer mengakibatkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global). Perubahan iklim global pun terjadi dan dampaknya sekarang mulai dirasakan oleh seluruh manusia di berbagai belahan dunia. Oleh sebab itu sumber energi di masa depan selain mengarah kepada pemakaian beragam jenis energi juga harus bersih dan tidak mencemari lingkungan.

Diantara berbagai macam energi bersih dan dapat diperbarui–air, angin, gelombang, biomassa, panas bumi- , sinar matahari merupakan sumber energi paling menjanjikan. Jumlah energi yang di pancarkan oleh sinar matahari di permukaan bumi melimpah, setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Karena matahari menyinari seluruh bumi, sumber energi ini dapat diakses bebas oleh siapa saja, tidak ada batas negara, tidak ada diskriminasi dan tidak ada monopoli suplai. Penggunaan energi surya juga tidak menghasilkan buangan membahayakan atmosfer dan tidak memerlukan air sama sekali.
Prinsip kerja dari energi surya atau dikenal dengan istilah solar cell atau photovoltaic cell, sederhana saja: sinar matahari ditangkap oleh sel-sel berlapis semikonduktor untuk diubah menjadi listrik. Energi listrik ini lalu disimpan dalam baterai agar dapat juga digunakan pada malam hari saat sinar matahari menghilang. Sel-sel ini termuat dalam panel-panel dengan ukuran yang bisa disesuaikan dengan keperluannya, apakah untuk rumah, bangunan perkantoran, atau pembangkit listrik skala besar.

Dewasa ini energi surya merupakan salah satu industri paling menguntungkan di dunia dengan pertumbuhan tinggi yaitu mencapai 60% per tahun. Seiring dengan berkembangnya teknologi, harganya pun semakin murah dan terjangkau untuk dapat di pasang di rumah-rumah. Sekitar 400.000 rumah di Jepang, Jerman dan Amerika telah memasang panel surya pada atapnya. Di Eropa, pembangkit listrik tenaga matahari skala besar telah dibangun untuk menerangi perkotaan sedangkan di daerah-daerah terpencil di Afrika dan India, panel surya membantu menyediakan listrik bagi penduduknya. Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan energi surya karena posisinya pada garis ekuator sehingga sinar matahari dapat diterima secara optimal. Namun sayangnya, disaat banyak negara lain berupaya mencegah perubahan iklim melalui pemanfaatan energi bersih, pemerintah Indonesia justru lebih tertarik menggunakan sumber energi batu bara yang jelas-jelas buangannya mencemari udara bahkan lebih parah dari minyak bumi.
No comments:
Post a Comment