Wednesday, July 25, 2007

Fair News

Next stop in September: China International Furniture Exhibition

Asia's landmark event for the furniture industry is getting ready for business in autumn, when it will open its doors from 12-15 September in Shanghai. As the first significant international event after the summer break in Europe
...details >

Tuesday, July 17, 2007

F. Silaban Sahabat Bung Karno


Di Kota Bogor tidak ada jalan Silaban atau Wisma Silaban, Padahal, beliau adalah sang Arsitek terkenal dengan karya-karya bangunannya yang kini masih berdiri kokoh, baik di Kota Bogor maupun di Jakarta. Bangunan yang masih berdiri kokoh karya dari arsitek Silaban di Kota Bogor antara lain Rumah Dinas Walikota Bogor, dan di Jakarta yaitu Masjid Istiqlal.

Ide dan Karya F Silaban sebagian muncul antara Tahun 1950 – 1960. Pada kurun waktu tersebut Kondisi Sosial Politik Luar Negeri maupun Dalam Negeri dalam keadaan labil. Keadaan Sosial Politik Luar Negeri dalam pembenahan setelah Perang Dunia II

Sedangkan keadaan Sosial Politik Dalam Negeri dalam taraf renovasi untuk menentukan bentuk Negara Republik Indonesia Kondisi yang sangat menonjol saat itu adalah adanya Kultur Individu terhadap seorang Pemimin, yaitu Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno. Pada saat itu Pribadi F Silaban sangat dekat dengan sosok Soekarno, bahkan sering mendukung ide–ide yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno termasuk ide-ide tentang arsitektur dan produknya..Hal ini dapat dilihat pada saat Presiden Soekarno mencetuskan ide adanya Nation Building, adalah Paham tentang bangunan yang mampu mencerminkan dan membangkitkan kebanggan Nasional, sehingga bangunan–bangunan yang tercetus berskala raksasa, megah dah heroik.

Hal inilah sempat memberikan warna terhadap ide dan karya F Silaban, pada waktu itu sering mendapat pesanan langsung dari Presiden Soekarno. Sang Arsitek kesayangan Bung Karno ini seorang Bapak yang dekat dengan anak–anaknya dan sahabat–sahabatnya,dan beliaulah perancang Mesjid Istiqlal yang memiliki Skala Gigantik.

Mengamati riwayat hidupnya dapat diketahui dengan jelas bahwa waktu yang dijalani sepanjang hidup dan karier sebagai arstiek adalah di Bogor dan Jakarta. Masa kecil di Tapanuli dilalui hanya sebentar setamat HIS (Holland Inlandsche School, Sekolah Dasar Belanda dahulu) di Narumonda tahun 1927. Melanjutkan pendidikan pada Koninginlijke Wilhelmina School, KWS, yaitu Sekolah Tehnik jaman Belanda tahun 1931 di Batavia: setelah tamat dari KWS, langsung bekerja di Batavia sebagai juru gambar (Bouwkundig Tekenaar Stadsgemeente ) pada kantor Kota Praja Batavia. Bagi F. Silaban, putera kelima keluarga Djonas Silaban, pekerjaan itu dipandang sebagai suatu rahmat.

Ketika lulus dari KWS di Batavia tahun 1931 ia langsung bekerja sebagai Bouw Kundig Tekenar Stads gemeente mulai Mei–Juni 1931 dan langsung setelah itu menjabat Opzichter Geniedienst di Jakarta sampai tahun 1937. Selanjutnya tahunitu pula ia diangkat sebagai Geniedief Pontianak untuk daerah Kalimantan Barat. Jabatan itu diembannya hingga tahun 1939.

Kepindahannya ke Bogor sebagai Opzichter Tekenaar Stadsgemeente Bogor mengawali babak baru di dalam riwayat hidupnya, baik sebagai warga Bogor maupun sebagai Arsitek yang selanjutnya ia bolak – balik Jakarta – Bogor.Mengingat proyek–proyek yang ditanganinya kebanyakan berlokasi di Jakarta dari tahun 1939 – 1949,

Silaban tidak pernah lepas dari tugas dan jabatan yang berkaitan dengan lingkup pekerjaan umum, Berturut – turut tahun 1942 – 1947 menjabat Kepala PU dan Direktur PU Kota Bogor .

Tahun 1950, Silaban sempat menjabat sebagai Kepala PU Kota Bogor, Bahkan, selama lima tahun dipercaya menjadi Ketua Panitia Keindahan Kota DKI Jakarta. Dari sejumlah Karya tercatat beberapa hasil rancangannya antara lain Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Bogor, Kantor Perikanan Darat Sempur, Kota Bogor, Rumah Dinas Walikota Bogor (1935), Bank Indonesia, Jalan Thamrin Jakarta, Bank Indonesia, BLLD, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Bank Negara 1946, Jakarta Kota Masjid Istiqlal Jakarta, Flat BLLD, Bank Indonesia Jalan Budi Kemuliaan Jakarta, Gedung Bank Negara Indonesia 46 di Surabaya, Gedung Bank Indonesia di Surabaya, Markas Besar Angkatan Udara (MBAU) Pancoran Jakarta, Gedung Pola Jakarta Hotel Banteng, yang kemudian menjadi Hotel Borobudur Selain itu beberapa karya lainnya rumah tinggal dan monumen–monumen, antara lain Monumen Nasional Pembebasan Irian Barat Lapangan Banteng Jakarta, Tugu Selamat Datang Bunderan HI Jakarta, Taman Makam Pahlawan Kalibata (peresmian 10 Nopember 1954) dan Makam Raden Saleh Bondongan Bogor. Silaban sempat dikukuhkan sebagai Anggota Dewan Perancang Nasional (Depernas)

Akhirnya bulan Mei tahun 1965, sang arsitek F Silaban pensiun dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Madya Bogor. Masa bebas tugas itu bukan berarti Silaban duduk berpangku tangan. Dari tahun 1967 hingga ahir hayatnya Silaban tercatat sebagai Wakil Kepala Proyek Masjid Istiqlal Jakarta (1954). Sedengkan diluar profesi arsitek, F Silaban menjabat dosen luar biasa.

Arsitek yang lengkapnya bernama Friedrich Silaban Ompu Ni Maya. Lahir pada tanggal 16 Desember 1912 di Bondolok Tapanuli, Sumatera Utara. Menikah dengan sang isteri tercinta Letty Kievits pada tanggal 18 Oktober 1946. F.Silaban terlahir dari sang Ibu Boru Simamora dan Bapak Sintua Djonas Silaban. Dari hasil perkawinannya dengan Letty Kievits beliau dikaruniai 10 (sepuluh) orang anak, dua perempuan dan delapan laki-laki. Salah seorang anaknya mengikuti jejak sang ayah sebagai Arsitek; yakni Ir. Panogu Silaban lulusan Departemen Arsitektur, Institut Teknologi Bandung.

Sang arsitek yang gemar melukis dan main catur ini akhirnya menghadap Sang Pencipta 14 Mei 1984 diusia usia 71 tahun, setelah menderita sakit. Silaban yang bertempat tinggal di Jalan Gedong Sawah II No : 10 Bogor Tengah Kota Bogor dimakamkan di TPU Cipaku Bogor Selatan, Kota Bogor.

Sumber : (Iyan/Rais — Gentra Madani) Bogor News dan Sipatahunan : Dari Rumah Dinas Walikota Bogor sampai ke Masjid Istiqlal

Casa de Gani

Sebuah proyek rumah tinggal di daerah Pantai Mutiara, Jakarta. Rumah ini merupakan tempat peristirahatan sementara. Pemilik menggunakannya di akhir minggu atau liburan untuk beristirahat. Selain itu pemilik menggunakan rumah ini untuk mengundang kolega-koleganya untuk menikmati akhir pekan atau liburan dengan mengadakan pesta sambil menikmati suasana pinggir laut.



Arsitektur rumah ini mengadopsi arsitektur bergaya California atau lebih dikenal gaya mediteranian. Rumah ini berkonsep open space dan didominasi oleh ruang-ruang besar (hall) bebas kolom karena kebutuhan fungsi pesta tadi.

Monday, July 16, 2007

Children in urban areas need to be reintroduced to nature

If you ask an elementary school pupil in Jakarta where tomatoes come from, do not be surprised if he replies "From the supermarket". Not many of our children really know that tomatoes, and other fruits and vegetables, are the results of the hard work of farmers. Not many of them are aware that the tomatoes they have on their dining tables have gone through a long process starting with the seeds, before being ready to eat.

It is inevitable that children in big cities nowadays have few opportunities for getting in touch with nature. In Jakarta, the total area of green spaces has been dramatically reduced to only nine percent of the city's area. On the other hand, a countless number of shopping malls have been built all over the city. read more...

Friday, July 13, 2007

Nonton Wayang Anak Inggris

Sungguh sebuah kesempatan yang tidak biasa, menonton pertunjukan wayang yang dimainkan oleh anak-anak Inggris di Sheffield, sebuah kota yang terletak di utara London. Sangat mengharukan menyaksikan anak-anak berusia 7-10 tahun, yang barangkali belum pernah menonton pertunjukan wayang Indonesia yang asli, memainkan sosok-sosok wayang yang mereka buat sendiri dari balik layar putih. Pertunjukan diiringi dengan pukulan nada-nada musik perkusi pengganti gamelan, serta narasi dalam bahasa Inggris yang dibacakan sekumpulan anak-anak yang duduk di deretan kursi penonton paling depan. baca selanjutnya...

Konsep Hybrid


Hybrid perpaduan dua unsur atau lebih yang berlawanan tanpa menghilangkan identitas masing-masing unsur. Inilah gagasan awal dari rancangan sebuah rumah kantor (SoHo atau small office home office) yang berlokasi di Jakarta Barat.

Tempat tinggal dan tempat bekerja memiliki sifat kegiatan dan penampilan yang berbeda. Oleh karena itu, menggabungkan fungsi hunian dengan fungsi kantor dalam satu bangunan tentulah memerlukan perencanaan yang matang agar dapat memenuhi kenyamanan penghuni rumah, kelancaran aktivitas karyawan serta mengekspresikan citra perusahaan tersebut. Satu terobosan baru dalam desain SoHo atau small office home office ini adalah konsep hybrid yang diwujudkan oleh arsitek Yakob Sutanto dari Atelier T(w)o. Bangunan di atas lahan seluas kira-kira 200 m2 ini merupakan kediaman keluarga Yakob sekaligus menjadi kantor konsultan arsitekturnya yang berlokasi di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Sebagai arsitek muda dengan pengalaman kerja dan orientasi global, Yakob banyak menimba ilmu dari para arsitek ternama dunia seperti Peter Eisenman, Ali Rahim dan Bernard Tschumi. Menurut Yakob, pemahaman konsep hybrid yang meleburkan dua elemen tetapi tetap mempertahankan karakter setiap elemen menghasilkan koreografi elemen arsitektural yang dinamis. Konsep ini cocok untuk mengakomodasi dua fungsi bangunan dan pemakaian dua material yang berlawanan seperti fungsi rumah versus fungsi kantor atau pemakaian bahan alam versus bahan pabrik. Wujud konsep hybrid pada rumah kantor ini langsung terlihat pada rancangan arsitektur dan desain interior yang konstruksinya di kerjakan sendiri.

Bentuk kotak-kotak geometris yang kaku dipadu padan dengan bentuk melengkung yang lentur demikian juga permukaan panel aluminium komposit yang mengkilat dan halus dipadupadan dengan tekstur dinding beton ekspos yang kasar dan dof. Wajah bangunan juga didominasi oleh jendela kaca yang lebar agar memberikan kesan luas sekaligus memanfaatkan pemandangan luas dari posisi bangunan yang berlokasi di persimpangan jalan. Pada tahap selanjutnya, akses, sirkulasi dan layout rumah kantor ini diupayakan agar tidak saling mengganggu kegiatan. Parkir mobil, pintu masuk utama dan aktivitas kantor ditata di bagian muka lantai dasar sedangkan pintu servis, ruang makan dan dapur berada di bagian samping dan bagian belakang.

_mg_0042Tamu yang datang akan diterima di area pintu masuk kemudian diantar melewati resepsionis kecil, ruang kerja untuk enam orang asisten arsitek menuju ke ruang kerja arsitek utama dan ruang rapat. Setiap ruangan tersebut disekat tetapi alur kegiatannya diatur agar tetap terasa lapang. Khusus lantai atas dirancang untuk ruangan keluarga, dua buah kamar tidur anak dan sebuah kamar tidur utama beserta kamar mandi dalam. Untuk interior rumah kantor ini, Yakob juga menerapkan konsep hybrid diantaranya mengombinasikan material beton ekspos untuk ruang kerja dengan material yang lebih umum dipakai seperti cat dinding panel kayu dan cat untuk ruang-ruang privat.

_mg_0033Arsitek juga berupaya memaksimalkan masuknya cahaya alami serta “merangkul” pemandangan di luar ke dalam ruangan dengan cara merancang bukaan lebar yang dikombinasikan dengan kolam ikan serta pohon bambu seperti terlihat di ruang rapat dan kamar tidur utama. Selain itu, kaca dan cermin juga diaplikasikan baik pada bidang penyekat maupun pada pelapis dinding agar memberi kesan lapang. Desain seperti ini juga memberikan kesan “ringan” dan nyaman sehingga mendukung mood kerja karyawan. Dinding dan pagar tangga ditutup oleh kisi-kisi panel kayu yang diberi finishing gelap untuk menegaskan kesan vertikal dan “menyaring” pemandangan langsung ke area privat di lantai atas.

Di samping itu Yakob juga menerapkan konsep yang terus menerus berubah (konsep flux) sebagai salah satu ciri khas desainnya. Menurutnya, konsep flux adalah sebuah tatanan sementara yang terus bergerak dan berubah. Da-lam konteks interior, flux diterapkan melalui elemen ruang seperti rak built in, panel backdrop dan meja. Contohnya, rak seolah-olah menjadi still shot yang merekam alur dinamis pergerakan yang sedang terjadi, tidak hanya sebagai furnitur yang statis atau sekadar diletakkan tetapi juga seolah-olah bergerak keluar dan menyatu dengan dinding dan unsur ruang lainnya. Contoh lain adalah plafon melengkung yang seolah-olah bergerak “membungkus” ranjang dan meja televisi, menghadirkan “kapsul” di dalam keseluruhan kamar tidur yang besar.

Desain yang menjadi ciri khas rancangan Yakob ini semakin berkesan karena didukung oleh tata lampu / lighting yang tepat berupa spot light halogen yang “tersembunyi” di tepi langit-langit gantung (dropped down ceiling) disamping penerangan umum berupa lampu jenis downlight. Untuk mengenal lebih jauh tentang karya Yakob dan rekan-rekan, berikut ini diberikan ulasan singkat mengenai konsultan dan gambaran beberapa proyek yang sedang digarap oleh Atelier T(w)o.

Ditulis oleh
Imelda Anwar

Wednesday, July 11, 2007

Rumah Jerami Hemat Energi, Pemenang Word Habitat Award 2005

Proyek yang telah membangun 600 rumah dan sekolah di lima propinsi timur-laut Cina ini menggunakan dinding yang mampu menahan panas yang terbuat dari jerami. Rumah-rumah ini hanya memerlukan sepertiga pemanasan dibandingkan rumah batu-bata biasa, dan berhasil memperbaiki kondisi tinggal dengan berkurangnya biaya pemanasan, emisi CO2 dan polusi udara.

Arsitek Kelly Lerner dari One World Design Architecture yang menerima
hadiah ini di Jakarta telah bekerjasama dengan The Adventist Development and Relief Agency (ADRA)Tipping Mar + Associates dari Berkeley, California.

Menggunakan Jerami untuk membangun rumah yang sehat dan kuat.

Dalam proyek ini tumpukan jerami dipakai sebagai bahan dinding eksterior bangunan. Tumpukan jerami in kemudian diplester dua sisi. hasilnya dinding setebal 45-60 cm yang kelihatannya mirip dengan dinding adobe atau batu. Dinding ini bisa struktural untuk menahan beban atap atau hanya sebagai dinding pengisi.

Konstruksi dinding jerami ini ternyata sesuai untuk iklim timur-laut Cina. Ujicoba pertama dilakukan tahun 1998 untuk membangun sebuah sekolah yang bangunan batu-bata aslinya hancur diguncang gempa ringan.

memperkenalkan teknologi konstruksi jerami ini di Cina dalam tujuh tahun terakhir. Rancangan enjineering proyek ini ditangani oleh



Rumah-rumah yang dibangun dengan program ini sejauh ini mampu bertahan terhadap gempa karena dinding jerami yang ringan dan lentur ini mampu menyerap goncangan gempa. Sebagian dinding bata masih dipertahankan dalam desain terutama untuk meyakinkan pemilik rumah akan kekuatan konstruksinya. Umumnya rumah yang dibangun dengan cara ini hanya memerlukan sepertiga dari jumlah bata yang digunakan untuk rumah biasa.

Penghuni rumah biasanya memanaskan ruangan dengan membakar batubara. Akibat sampingannya, tingkat polusi tinggi dan diduga menjadi penyebab banyaknya penduduk yang mengidap kanker paru-paru dan sakit pernafasan. Dengan rumah jerami yang mampu menahan panas, jumlah batubara yang perlu dibakar berkurang 40-50%. Menurut para penghuni, penghangatan di rumah jerami ini lebih stabil dan merata, dan jumlah sakit pernafasan pun berkurang.

Pelatihan membangun dengan jerami

Sampai sekarang, proyek ini telah berhasil melatih 464 orang dan membangun 603 rumah di 59 desa di lima propinsi timur-laut Cina. Kantor Adventist Development Relief Agency (ADRA) and One World Design Architecture (OWD) menyediakan pelatihan untuk memastikan bahwa rumah-rumah yang dibangun memenuhi standar mutu. Pemilik rumah bekerjasama dengan perancang, didorong untuk memodifikasi desain standar dengan memindahkan pintu, jendela dan dinding interior sesuai dengan kebutuhannya. Agar teknologi ini diterima masyarakat, rumah-rumah yang dibangun haruslah disukai dan cocok dengan budaya penghuninya. Sebuah survey pasca-huni pada 150 keluarga menunjukkan bahwa 90% pemilik rumah puas dengan layout dan desain rumahnya.

Pelatihan teknis juga telah memberdayakan desainer, kontraktor dan pengawas lokal dengan memberi mereka keahlian konstruksi yang baru. Anggota manajemen proyek setempat juga menjadi berpengalaman, dan pemilik rumah belajar memelihara rumahnya dan lebih sadar akan dampak kegiatannya pada alam sekitar.

Pembiayaan Program

Ukuran rumah bervariasi tergantung kepada kebutuhan dan keinginan pemilik dan kebiasaan setempat. Keluarga yang lebih mampu umumnya memilih desain yang lebih mahal. Untuk rumah seluas 60 sampai 90 m2 biayanya berkisar antara US$2,000 sampai US$3,500. Sementara itu biaya keseluruhan proyek pada perioda 1999 – 2004 adalah $1.7 juta atau rata-rata $2,820 per rumah. ADRA (melalui sumbangan dari Yayasan Kadoorie dan lainnya) menyediakan pembiayaan untuk pelatihan, bantuan teknis dan subsidi tunai per rumah. Pemerintah setempat membayar rata-rata US$727 per rumah dalam bentuk uang, bahan bangunan atau tenaga kerja dari kontraktor dengan harga khusus.

Pemerintah setempat menawarkan pinjaman berbunga rendah agar pemilik rumah mampu membayar bagiannya. Dengan cara ini banyak keluarga miskin yang berkesempatan memiliki rumah sendiri untuk pertama kali sepanjang hidupnya sehingga meningkatkan kekayaan dan kesejahteraan rumah tangga.



Manfaat Jangka Panjang

Penggunaan jerami telah berhasil mengurangi dua pertiga jumlah batu-bata yang dipakai dalam membangun dinding eksterior, dengan demikian mengurangi polusi dan pemakaian tanah liat yang langka. Pemantauan menunjukkan bahwa pada hari yang dingin, di rumah jerami dibakar 5 kilogram lebih sedikit arang batu akar dibandingkan dengan di rumah batu-bata biasa. Rumah jerami adalah 68% lebih effisien dalam pengunaan energi dibandingkan dengan rumah batu-bata berukuran sama dan emisi CO2 per rumah berkurang sebanyak 0,6 sampai 1,2 ton per tahun. Dinding yang terbuat dari jerami menawarkan nilai insulasi yang tinggi sehinnga mengurangi biaya bahan bakar, emisi CO2 dan polusi udara. Jerami memiliki nilai CRSI 5,8 dibandingkan dengan 0,33 untuk dinding batu-bata. Ia juga memiliki kandungan energi yang lebih kecil.

Anggota masyarakat setempat terlibat dalam hal rancangan rumah, pengadaan bahan dan pendidikan desa. Penerimaan masyarakat setempat berperan sangat penting dalam keberhasilan proyek, dan penting sekali untuk didudukkan bahwa teknologi ini tidak dilihat sebagai milik kelompok pendapatan tertentu saja.

Alih Teknologi

Proyek ini dimulai dengan 21 rumah pada tahun 1999 dan sekarang telah menyebar ke 59 desa dan meliputi 603 rumah karena permintaan masyarakat setempat. Proyek ini meliputi lima propinsi Barat-laut Cina yang memiliki surplus jerami. Terdapat juga bukti-bukti yang menunjukkan bahwa konstruksi jerami ini telah menyebar ke luar lingkungan proyek dengan dibangunnya lima rumah duplex seluas 504 m2 di Tangyuan, Helilongjiang dan sebuah sekolah di A Qi Banner, Mongolia-Dalam menggunakan jerami pada tahun 2004 dan 2005. Lebih banyak lagi rumah jerami yang sudah direncanakan di Tangyuan.

Professor Kuang dari Universitas Jianxi sedang melakukan penelitian tentang penggunaan teknologi jerami di Selatan dan Tengah Cina, dan akan membangun rumah contoh di kampus universitas. Peraturan bangunan setempat telah disesuaikan oleh beberapa pemerintah lokal untuk mewadahi konstruksi jerami ini. LSM-LSM lain telah mengadopsi teknologi jerami ini. Teknologi ini dipakai juga 'Model Desa Ekologis Huangbaiyu' di Benxi, Liaoning. Beberapa LSM termasuk World Vision, UNDP dan ADRA memiliki proyek serupa di Mongolia, Mexico, Irak, Belarus, Afrika Selatan, dan Argentina. Kelly Lerner juga terlibat di beberapa proyek tersebut.



Kelly Lerner saat ini bekerjasama dengan manajer proyek ADRA, Linda Zhu, dan 'Kantor Konstruksi Pedesaan, Departemen Konstruksi Propinsi Heilongjiang' untuk memulai sebuah rencana lima tahun untuk mengembangkan, menyebarkan, dan mempromosikan desain standar serta spesifikasi standar rumah jerami di semua wilayah di propinsi tersebut.

By: Deborah McCandles
Diedit dan diterjemahkan oleh De Gayantina

Desain

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata.

Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya.

Tuesday, July 10, 2007

Relativitas Adi Purnomo

Buku ini adalah tentang pengendalian diri, kesederhanaan dan kerendahan hati. Pertanyaan terbesarnya adalah: seberapa cukupkah cukup itu. Ditulis oleh seorang arsitek yang dengan sadar memilih untuk menjalankan sebuah kantor kecil di kota yang mengutamakan kebesaran dan kemegahan, buku kecil oleh Adi Purnomo ini adalah sebuah kasus yang jarang terjadi di Indonesia dimana seorang arsitek merenungkan karya-karyanya sendiri dalam bentuk buku.
Kesederhanaan ini tercermin dalam desain bukunya. Hanya ada tiga warna dalam buku ini: hitam, putih, dan abu-abu. Sampul buku sepenuhnya hitam dengan judul kecil berwarna putih, sementara nama pengarangnya yang ditulis kecil dengan warna abu-abu hampir tidak terlihat sama sekali. Keserhanaan ini terus dibawa sampai ke setiap halaman dalam buku. Gambar ditampilkan dengan garis sederhana, dan foto ditampilkan hitam-putih.

Seekor Nyamuk di Permukaan Air
Dalam kata pengatarnya Adi Purnomo merenungkan pilihan prakteknya. Setelah bekerja di sebuah kantor besar di Singapura dari tahun 1998 sampai tahun 2000, Mamo, begitulah panggilannya, memutuskan kembali ke Indonesia untuk berpraktek sendiri. Dari awal Mamo mencoba untuk bekerja secara fleksibel agar ia bisa menjelajahi gagasannya tanpa dibatasi kesibukan menjalankan sebuah kantor besar. Kelihatannya kantor kecil dengan team yang ad-hoc dan fleksibel sesuai untuknya. "Kantor kecil itu seperti seekor nyamuk di permukaan air. Ia bisa menyentuhnya tanpa tenggelam" katanya.
Buku ini mendiskusikan dua puluh karya, baik yang masih berupa rancangan maupun yang sudah terbangun sepanjang tujuh tahun prakteknya. Proyek-proyek tersebut disusun ke dalam 8 bab yang membahas berbagai issue yang berkaitan dengannya seperti: praktek alternatif, rumah murah, ekologi, serta tentang tempat dan materialitas. Tapi jangan berharap menemukan kata-kata hebat dan jargon dalam buku ini. Mamo menuliskannya dalam gaya pribadi yang lugas. Seperti catatan lepas yang ditulis disela-sela praktek sehari-harinya.


Rumah Perkotaan dan Konteks Lingkungan
Karya-karya Mamo yang paling dikenal orang barangkali adalah rumah-rumah murah di perkotaannya, dimana ia bereksperimen dengan teknik membangun lokal dan bahan-bangunan yang murah dan biasa-biasa. Eksperimen ini dibahasnya di buku ini dengan panjang lebar. Lewat pendekatannya ini Mamo merancang beberapa rumah perkotaan yang menarik yang dibangun di atas lahan yang luasnya tidak lebih dari 150m2. Tiga diantaranya menerima hadiah IAI Award 2003. Rumah-rumah ini mencerminkan pergulatannya untuk mengeksplorasi ruang dan agenda ekologis dalam batasan biaya yang terjangkau oleh orang kebanyakan.
Bangunan dalam gambar site plan Mamo selalu ditunjukkan bersama-sama dengan lingkungannya. Mungkin ini menunjukkan sikapnya untuk selalu melihat bangunan dalam konteks lingkungan yang lebih luas. Rancangan gereja di Bintaro yang diceritakannya di buku ini barangkali bisa menggambarkan sikap ini. Gereja ini terletak di pinggiran Jakarta. Bentuk lahannya tidak beraturan, sempit dan memanjang dengan bentuk kipas tidak beraturan di bagian belakang. Bagian belakang ini levelnya tiga meter lebih rendah dari tetangganya, sementara sisi memanjangnya sejajar dengan sebuah jalur listrik tegangan tinggi. Menghadapi situasi ini Mamo menghilangkan batas lahannya dengan meneruskan jalur hijau di bawah jalur tegangan tinggi ke dalam lahannya dan memiringkannya ke belakang. Hasilnya sebuah bidang miring yang berfungsi sebagai atap hijau yang mengatapi ruang gereja di bawahnya. Lalu ia dengan sengaja memotong beberapa bagian dari atap hijau ini untuk memasukkan cahaya ke dalam gereja. Secara efektif ia melindungi bangunan dari kabel listrik yang secara visual mengganggu sekaligus menghasilkan ruang gereja yang unik dan mengejutkan.
Buku ini juga memuat rancangan-rancangannya untuk berbagai sayembara di dalam dan luar negeri, dimana kita bisa melihat Mamo menjelajahi issue identitas tempat, memori, dan materialitas.

Tentang Issue-issue Lebih Besar
Tinggal di salah satu kota terbesar di dunia ke-tiga dimana kota sinonim dengan masalah, Mamo bersikap sebagai seorang anarkis yang tidak bergantung pada pemerintah untuk menyelesaikan masalah. Ia yakin bahwa "...kita tidak bisa terus menerus mengkritik atau menunggu kebikjasanaan pemerintah untuk memperbaiki kota..." Ia lebih suka melihat ke dalam unit terkecil kota: individu dan sumbangan positifnya. Sebagaimana dibahasnya dengan panjang lebar di salah satu bagian buku ini, ia percaya kita sebagai individu bisa menyumbang kepada kota secara berarti dengan melakukan tindakan positif. Mengatasi kurangnya ruang hijau di pemukiman padat, misalnya setiap bangunan bisa menyumbangkan atapnya sebagai 'taman'. Gagasan sel individual ini dapat diterapkan lebih jauh lagi dalam pengelolaan sampah, serta konservasi air dan energi.
Walaupun sungkan mengakuinya, Mamo menunjukkan kecenderungan fenomenologis dalam melihat dunianya. Ia percaya bahwa inti dari arsitektur terletak pada kemampuannya untuk mewujud sebagai benda. Ini terlihat dari keyakinannya bahwa salah satu peran terbesar arsitek adalah memahami karakter lahan. Kecenderungan ini dapat dilihat juga dari kebiasaannya memanfaatkan kekasaran bahan dalam bangunannya untuk merangsang semua indera pengamat.
Secara keseluruhan buku ini bermanfaat karena ia membantu pembaca melihat hubungan antara karya seorang arsitek dengan bagaimana ia melihat dunia. Hal yang biasanya kabur dan tidak didiskusikan. Kami berharap lebih banyak lagi arsitek yang mengikuti jejaknya.



(Diedit dan diterjemahkan dari tulisan berbahasa Inggris oleh Muhammad Thamrin)

Han Awal: Sang Arsitek

Pengalaman merupakan 'guru' terbaik! Sehingga berbagi pengalaman dengan arsitek senior dapat menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk menuju arsitek yang lebih baik.


Belum berselang lama pada bulan Mei 2005 lalu, Bidang Keprofesian lAI DKI Jakarta mengadakan acara presentasi 'Sang Arsitek' yang diadakan di Universitas Trisakti. Kegiatan ini kiranya akan dapat bergulir terus dengan mengundang beberapa arsitek senior dan diadakan secara bergantian di berbagai universitas yang memiliki jurusan arsitektur di Jakarta.
Untuk presentasi yang lalu dihadirkan seorang arsitek yang dikenal sebagai penggiat konservasi bangunan, praktisi dan pengajar. Beliau adalah Dipl. Ing. Han Awal, lAI. Untuk mengenal lebih dalam, tim Memo-lAI menyempatkan waktu untuk berwawancara singkat dengannya.


Han Awal, semasa SMA pada mulanya sangat tertarik dengan bidang fisika. Tapi karena guru fisika di sekolahnya kurang baik dalam memaparkan pelajaran, ia beralih ke angan-angan sewaktu SD untuk menjadi arsitek. Hal ini juga dipengaruhi pekerjaan kakek beliau sebagai dekorator dan kontraktor panggung sandiwara.
Saat itu ITB [Institut Teknologi Bandung] belum memiliki jurusan Arsitektur. Kebetulan beliau mendapat brosur tentang pendidikan ahli bangunan di TH Delft, Belanda, dan akhirnya berangkat untuk mengambil jurusan arsitektur di Delft [1950 - 1957] dengan berbekal beasiswa dan restu dari Keuskupan Malang.
Di sana beliau sempat bertemu dengan rekan-rekan mahasiswa arsitek yang berasal dari Indonesia seperti Bianpoen, Soewondo, Pamoentjak dan Soejoedi. Mereka sempat berkumpul dan membuat kelompok studi bernama ATAP yang membahas masalah pembangunan di Indonesia. Mereka juga sering mengadakan pameran serta ek skursi, seperti ke Skandinavia, dan lain-lain. Ketika terjadi ketegangan antara pemerintah RI dengan Belanda mereka sempat hijrah ke Technische Universitat di Berlin, Jerman Barat.
Yang mengesankan selama proses studi di Eropa adalah kondisi sosial masyarakatnya.Beliau sempat tertarik dengan bidang antropologi kultural yang terkait dengan 'pendekatan multikultur' yang diterapkan di sana.
Arsitektur adalah cermin masyarakat. Penyerapan multikultur yang baik akan menghasilkan arsitektur dengan semangat 'kekinian tapi tetap membumi'. Karena sebenarnya arsitektur itu dapat merasakan perkembangan sosial masyarakat, termasuk pergolakan maupun ketegangan yang ada. 'Pendekatan multikultur' inilah yang hingga sekarang beliau tanamkan dalam proses perancangan arsitekturnya. Indonesia dengan kondisi multikulturnya berke¬sempatan besar untuk menjadi tempat menerapkan pendekatan tersebut.
Dalam kedekatannya dengan dunia pendidikan arsitektur, beliau mengatakan bahwa ia adalah arsitek yang ‘menyambi’ sebagai pengajar. Mulanya karena ia diperintahkan oleh arsitek Soejoedi untuk membantu mengajar di FTUI [Fakultas Teknik Universitas Indonesia] yang baru membuka jurusan arsitektur di tahun 1965. Kedekatannya dengan arsitek Soejoedi tak lepas dengan pekerjaannya saat itu sebagai asisten arsitek I dalam proyek gedung MPR/DPR (dulu Ganefo).

Tanpa adanya pengalaman yang dalam dunia mengajar memacu beliau untuk mengasah diri. Baginya mengajar merupakan hikmah yang besar, karena dengan mengajar beliau dapat tetap mengikuti perkembangan teori dan praktek arsitektur yang lebih terkini. Menurutnya, arsitek perlu juga mengamalkan pengalamannya melalui proses ajar¬mengajar ini. Walaupun tidak harus di universitas / perguruan tinggi, tapi bisa juga dengan membuat pendidikan arsitektur yang dikelola oleh organisasi profesi seperti lAI. Sudah banyak contoh dilakukan di negara lain seperti AA School di Inggris, BNA di Belanda maupun AlA di Amerika Serikat.
Setelah berprofesi selama lebih dari 45 tahun dengan ratusan projek yang sudah ditangani, terdapat beberapa projek yang beliau sukai. Antara lain Kompleks Universitas Atmajaya – di dekat Jembatan Semanggi, Sekolah Pangudi Luhur di ¬Kebayoran, Gedung MPR/DPR dan revitalisasi Gedung Arsip Nasional.

Beliau juga sempat berkomentar mengenai perkembangan arsitek maupun arsitektur Indonesia. Menurutnya, kemitraan antar arsitek saat ini semakin baik. Tidak seperti dulu, jarang ada arsitek yang mau untuk mempresentasikan karyanya di depan rekan arsitek lain, mungkin karena takut dicontek, sehingga semangat pembelajarannya terasa kurang.
Arsitek-arsitek muda sekarang seperti dalam Forum AMI (Arsitek Muda Indonesia) dinilainya memiliki ke-kolega-an yang baik. Potensi ini akan menjadi lebih baik bila dapat ditularkan kepada arsitek di luar forum tersebut.
Arsitektur Indonesia dirasakannya masih hanya mengisi kebutuhan ruang publik. Sayangnya tidak memberikan kemajuan signifikan terhadap lingkungan seputarnya, dan terasa hanya bersifat 'kosmetik'.
Masih belum ada kematangan pendekatan dalam merancang sebuah bangunan maupun kawasan.Tapi itu semua adalah proses. Semuanya akan bermuara pada cita-cita 'menuju' arsitektur Indonesia yang masih mengalir ini. Potensi multikultur harusnya dapat memberikan sumbangan yang lebih baik bagii perkembangannya.
Pada kesempatan ini, beliau juga sempat berpesan agar para arsitek mempunyai komitmen, serta menjalankan profesinya dengan baik dan jujur! Beliau sendiri dalam proses perancangan berupaya terus untuk jujur pada diri sendiri, memberikan kenyaman bagi penghuni dan merancang arsitektur yang indah (bukan cantik). Kalau bisa ..............




Ditulis oleh Aditya W. Fitrianto

Monday, July 9, 2007

Arsitek

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Seorang arsitek, adalah seorang ahli lingkungan binaan.

Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai seorang perancang gedung, adalah seseorang yang terlibat dalam perencanaan, merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang mempengaruhi aspek gedung tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, hingga lingkup gedung, lantas lingkup kompleks bangunan, hingga lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai ahli lingkungan binaan.

Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.

"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: arkhitekton (master pembangun), arkhi (ketua) + tekton (pembangung, tukang kayu).

The Kimbell Art Museum

The Kimbell Art Museum in Fort Worth, Texas is another famous building by Louis Kahn. Some say it is his best. Kahn built this museum in the early nineteen seventies. This large museum has long rooms with curved or vaulted ceilings. Inside, all of the walls can be moved to best fit the art collection. Kahn was able to make the concrete material of the building look both solid and airy. He used sunlight and bodies of water to create a truly special building.
Kahn once said this about the Kimbell Art Museum: “The building feels…that I had nothing to do with it…that some other hand did it.” The architect seems to say that he was helped by some higher influence. Many people feel that his architecture has a very spiritual and timeless quality.
Kahn mostly created public buildings such as museums and libraries. However, he also designed a few houses. His most famous home is the Fisher house near Philadelphia. It is made of several box- shaped buildings. The house is made out of glass, wood and stone. Many windows provide a view of the nearby trees.


Written by Dana Demange

The Salk Institute

One of Kahn’s other important buildings is the Salk Institute, a research center in La Jolla, California. It was built in the nineteen sixties. This structure further shows how Kahn was able to unite form and function. This means his buildings were beautiful and also useful.
The Salk Institute has two structures that surround a marble garden area or courtyard. This outdoor marble area is almost completely bare. The only detail is a small stream of water running through the middle of the square towards the Pacific Ocean. This simple design is very striking. Inside the building are many rooms for laboratories. Kahn was very careful to make sure they all received natural light and a view of the ocean. He linked the indoor and outdoor spaces in a very beautiful way.
Written by Dana Demange

Friday, July 6, 2007

Zaman terus berubah sangat dinamis. Ketika sebagian besar aspek kehidupan menjadi produk industrial dengan teknologi yang berkembang pesat, dunia seakan menjadi tanpa batas. Bentuk ruang kehidupan yang tercipta menjadi kabur.

Konsekuensinya, ketenangan dan privasi semakin sulit dirasakan. Dan ketika seseorang sudah tenggelam dalam segala problem dan kesibukannya, saat itulah ia membutuhkan ruang-ruang personal untuk berinteraksi secara jujur dengan diri sendiri serta yang Mahakuasa.

Ruang lingkup dan keinginan

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.

Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme,fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.

Energi Surya

Tahun 2006 ditandai dengan melambungnya harga minyak bumi mencapai titik tertinggi US$ 78 per barrel. Dunia pun tersentak, harga tersebut jika bertahan lama- dapat membuat perekonomian global kolaps. Berfluktuasinya harga minyak bumi dunia dengan kecenderungan naik terus dan sangat dipengaruhi situasi politik negara produsen, akhirnya membuat kita tersadar untuk tidak hanya bergantung pada satu macam sumber energi saja.

Mahalnya harga minyak menyebabkan orang mulai menengok ke sumber energi alternatif. Tidak mengherankan jika saat ini pada tingkat global terjadi investasi besar-besaran pada sektor energi alternatif dan inovasi teknologi energi. Pengembangan kebanyakan diarahkan ke sumber energi bersih dan dapat diperbaharui (renewable energy). Hal ini dilakukan mengingat bahan bakar fosil berupa minyak bumi bersama gas dan batu bara telah diketahui menghasilkan buangan gas karbondioksida (CO2) , salah satu gas rumah kaca yang ”menghancurkan” atmosfer mengakibatkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global). Perubahan iklim global pun terjadi dan dampaknya sekarang mulai dirasakan oleh seluruh manusia di berbagai belahan dunia. Oleh sebab itu sumber energi di masa depan selain mengarah kepada pemakaian beragam jenis energi juga harus bersih dan tidak mencemari lingkungan.

Diantara berbagai macam energi bersih dan dapat diperbarui–air, angin, gelombang, biomassa, panas bumi- , sinar matahari merupakan sumber energi paling menjanjikan. Jumlah energi yang di pancarkan oleh sinar matahari di permukaan bumi melimpah, setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Karena matahari menyinari seluruh bumi, sumber energi ini dapat diakses bebas oleh siapa saja, tidak ada batas negara, tidak ada diskriminasi dan tidak ada monopoli suplai. Penggunaan energi surya juga tidak menghasilkan buangan membahayakan atmosfer dan tidak memerlukan air sama sekali.
Prinsip kerja dari energi surya atau dikenal dengan istilah solar cell atau photovoltaic cell, sederhana saja: sinar matahari ditangkap oleh sel-sel berlapis semikonduktor untuk diubah menjadi listrik. Energi listrik ini lalu disimpan dalam baterai agar dapat juga digunakan pada malam hari saat sinar matahari menghilang. Sel-sel ini termuat dalam panel-panel dengan ukuran yang bisa disesuaikan dengan keperluannya, apakah untuk rumah, bangunan perkantoran, atau pembangkit listrik skala besar.
Dewasa ini energi surya merupakan salah satu industri paling menguntungkan di dunia dengan pertumbuhan tinggi yaitu mencapai 60% per tahun. Seiring dengan berkembangnya teknologi, harganya pun semakin murah dan terjangkau untuk dapat di pasang di rumah-rumah. Sekitar 400.000 rumah di Jepang, Jerman dan Amerika telah memasang panel surya pada atapnya. Di Eropa, pembangkit listrik tenaga matahari skala besar telah dibangun untuk menerangi perkotaan sedangkan di daerah-daerah terpencil di Afrika dan India, panel surya membantu menyediakan listrik bagi penduduknya. Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan energi surya karena posisinya pada garis ekuator sehingga sinar matahari dapat diterima secara optimal. Namun sayangnya, disaat banyak negara lain berupaya mencegah perubahan iklim melalui pemanfaatan energi bersih, pemerintah Indonesia justru lebih tertarik menggunakan sumber energi batu bara yang jelas-jelas buangannya mencemari udara bahkan lebih parah dari minyak bumi.

Louis Khan Helped Define Modern Architecture

Louis Kahn helped define modern architecture. Architecture is the art and science of designing and building structures such as houses, museums, and office buildings. Kahn’s architecture has several defining qualities.
For example, Kahn was very interested in the look and feel of the materials he used. He used brick and concrete in new and special ways. Kahn also paid careful attention to the use of sunlight. He liked natural light to enter his buildings through interesting kinds of windows and openings. Kahn’s work can also be identified by his creative use of geometric shapes. Many of his buildings use squares, circles and three sided shapes called triangles.


Louis Kahn was born in Estonia in nineteen-oh-one. When he was five years old his family moved to Philadelphia, Pennsylvania. Even as a child, Louis Kahn showed excellence as an artist. When he was in school his pictures won several competitions organized by the city. In high school, Kahn studied architecture briefly. He later went to the University of Pennsylvania and studied architecture full time. He graduated in nineteen twenty-four.

Louis Kahn’s buildings have many influences. Some experts say his trip to Rome, Italy in nineteen fifty-one influenced him the most. Kahn spent a few months as an architect with the American Academy in Rome. He also traveled through other parts of Italy, Greece and Egypt. There, he saw the ancient Greek and Roman ruins that also would influence his works. He was very affected by the size and design of these ruins. They helped influence him to develop an architecture that combines both modern and ancient designs.


Other experts believe Kahn was also influenced by the part of Philadelphia where he grew up. There were many factory buildings with large windows. These brick structures were very solid. This industrial design is apparent in several of Kahn’s early works.


Written by Dana Demange 20 August 2005

Manusia Modern tidak pernah berhenti untuk selalu mencari dan mengeksplorasi ide melalui inovasi agar kehidupan menjadi lebih baik, praktis, dan nyaman.

Sebuah proses pencarian yang tidak berujung.

Thursday, July 5, 2007

Arsitektur

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Alami, Tropis dan Anggun degan Kaca Patri

Hunian tropis bergaya semi minimalis dengan dekorasi kaca patri yang unik ini tidak hanya memberikan kenyamanan tetapi juga menggambarkan kepribadian penghuninya. Rumah kediaman keluarga Mounty Yaputra yang beristrikan Megumi Takada ini berlokasi di kawasan Tomang, Jakarta Barat। Dari pengalaman pernah tinggal dan belajar di Amerika Serikat, pasangan muda dengan 3 (tiga) orang anak ini memiliki semangat inovatif untuk membangun tempat tinggal mereka. Gagasan desain mereka berawal dari keinginan untuk mewujudkan suasana alami dan kasual dalam hunian modern sekaligus mendayagunakan potensi lahan. Rumah dua lantai seluas 650 m2 ini berdiri di atas lahan yang totalnya seluas 3300 m2 dan memiliki taman belakang yang asri dan indah.
Untuk menyikapi hal ini, pemilik menerapkan prinsip bangunan tropis dan memanfaatkan orientasi pemandangan ke arah taman। Adapun ciri desain yang diterapkan antara lain atap pelana yang dominan, bukaan luas terutama pada tampak belakang, plafon tinggi dan teritis lebar। Desain seperti ini dapat mengoptimalkan sirkulasi udara segar dan masuknya cahaya alami serta memperluas pandangan ke luar sehingga memberi kesan seakan-akan ruang dalam menyatu dengan taman. Tampilan hunian dirancang mengacu pada gaya modern minimalis yang kini sedang tren namun tidak berkesan kaku / dingin.
Wujudnya diolah berupa komposisi kubus-kubus geometris yang simpel dengan posisi diatur maju mundur secara dinamis kemudian ditutup dengan atap pelana yang curam sehingga bentuk tersebut menjadi ciri khas rumah ini। Keistimewaan lainnya terlihat pula pada blok bangunan di samping yang bagian dasarnya “bolong” karena berfungsi sebagai pintu masuk samping dan akses kendaraan menuju ke halaman belakang। Pada tampak belakang, terlihat jendela yang “menjorok” keluar dari ruang bawah atap sedangkan balkon dan teras yang luas tampil kontras dengan dinding masif yang menandai area servis. Penggunaan material alami seperti batu alam dan kayu dalam hunian ini membuat tampilannya tidak kaku.

Contohnya, semua kusen terbuat dari kayu jati dan anak tangga yang sengaja diekspos dilapisi oleh panel kayu bengkirai sedangkan lantai area masuk samping dilapisi oleh kayu merbau। Beberapa bidang dinding dalam juga dilapisi oleh marmer travertine sedangkan bidang dinding luar bagian samping dilapisi oleh batu kali bersusun sirih। Pemilik juga memberikan “sentuhan” Jepang pada rancangan huniannya agar nyonya rumah yang berasal dari negeri matahari terbit ini merasa betah di rumah barunya. Hal ini terlihat dari pola garis-garis horizontal pada finishing dinding luar dan area masuk samping.

Tahap berikutnya adalah merancang tata letak ruangan dalam hunian yang disesuaikan dengan kebutuhan pemilik. Pemilik menginginkan ruang penerima tamu dan kamar tidur tamu terpisah di bagian depan rumah sehingga tidak mengganggu privasi keluarga. Untuk mewujudkannya, pintu masuk di muka rumah dibuat tidak menonjol sedangkan pintu masuk samping yang langsung mengantar ke dalam rumah diolah secara kreatif. Area masuk yang berada “di bawah” blok bangunan di samping ini dirancang berupa pintu yang diapit oleh deretan jendela serta koridor dalam.
Persis di muka pintu tersebut, dirancang void setinggi dua lantai yang dikelilingi oleh deretan jendela dan atapnya ditutup dengan skylight sehingga area transisi dari luar ke dalam senantiasa terang dan sejuk। Sementara itu, ruangan pada blok bangunan di samping dimanfaatkan sebagai area multifungsi। Selanjutnya di bagian dalam akan kita temukan ruangan makan, pantry dan ruangan keluarga yang menyatu di lantai dasar hunian. Seluruh ruangan ini hanya disekat oleh deretan jendela yang menghadap ke arah teras dan taman belakang yang luas. Naik ke lantai atas, terdapat kamar tidur utama dan dua kamar tidur anak.

Kamar-kamar tidur tersebut memiliki balkon yang luas dengan orientasi ke arah taman belakang। Kamar tidur utama terhubung dengan ruangan kerja dengan memanfaatkan ruangan cukup luas di bawah atap pelana yang curam। Di samping ruangan keluarga, terdapat area tangga dengan void dua lantai yang anak tangga dan pagarnya sengaja diekspos sehingga menjadi pusat perhatian (eye catcher). Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan elegan, pemilik memilih furnitur bergaya klasik modern yang simpel dengan sedikit tambahan detail melengkung seperti pada pegangan sofa atau kaki meja sehingga interiornya tidak berkesan kaku.
Setiap ruangan didesain dengan tema berbeda, misalnya ruangan keluarga ada nuansa motif bunga pada pelapis sofa dan karpet sedangkan ruangan makan diberi aksen warna hijau pada salah satu cat dindingnya। Sebagian lantai ruangan dalam rumah dilapisi parket untuk menimbulkan suasana hangat. Kemudian lantai terasnya dilapisi oleh batu alam dengan finishing permukaan yang kasar. Ruangannya diisi dengan kursi dan amben bergaya etnik kontemporer. Alhasil desain hunian ini dapat memberi kepuasan dan kebanggaan bagi pemiliknya serta dapat dijadikan inspirasi bagi yang melihatnya. (Imelda Anwar)


(sumber : www.griya-asri.com)